Badung, wartaglobalbali.id – Minggu, 11 Mei 2025, pukul 09.00 WITA, sebuah upacara Manusa Yadnya Metatah digelar dengan penuh khidmat di Griya Bang Buruan Manuaba, Jalan Muding Indah Gang III No. 3, Desa Adat Kerobokan, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Upacara ini diikuti oleh dua pemudi dan pemuda, yaitu Hasnasya Purnama Putri (Nasya) dan Robi Rizky Purnama Putra (Obi), putri dan putra dari Ida Pandita Agung Putra Nata Siliwangi Manuaba, Sekretaris Sabha Pandita PHDI Pusat, serta Ida Istri yang setia mendampingi selama prosesi berlangsung.
Upacara Metatah ini merupakan bagian dari rangkaian Manusa Yadnya, sebuah ritual penting dalam tradisi Hindu Bali yang menandakan langkah menuju kedewasaan. Menurut Ida Pandita Agung Putra Nata Siliwangi Manuaba, tujuan utama upacara ini adalah untuk menghilangkan shadripu (enam musuh dalam diri manusia, seperti nafsu, kemarahan, dan iri hati) serta memunculkan catur paramita (empat kebajikan, yaitu maitri, karuna, mudita, dan upeksa). “Upacara ini bertujuan mencapai kesejahteraan, kedamaian, dan keseimbangan alam semesta. Harapannya, Nasya dan Obi dapat memiliki keseimbangan dalam sifat-sifat seperti cemburu dan iri, sehingga tetap berada dalam kebaikan,” ujar Ida Pandita.
Prosesi Upacara yang Penuh Makna
Prosesi upacara berlangsung dengan penuh kekhidmatan, diawali dengan ritual inti Metatah yang melambangkan penyucian diri. Dalam upacara ini, Nasya dan Obi juga melakukan penghormatan kepada kedua orang tua mereka sebagai perwakilan Ida Sanghyang Widhi Wasa di dunia. Penghormatan ini menjadi pengingat akan peran orang tua sebagai pembimbing spiritual dan moral dalam kehidupan.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah tamu undangan terhormat, di antaranya RM Cristovel Benny, Sekretaris DPD HPK Bali; Ibu Alma Marlina dari Sadulur Batin Sunda (SBS); Ibu Zakia Aljaidi dari Srikandi Bali Santi; serta Ibu RA Dian Ismoyo Damayanti, pemilik Nira Galery. Kehadiran para tamu ini menambah suasana hangat dan mendukung kelancaran jalannya upacara.
Tanggapan Ida Pandita Terkait Kontroversi Prambanan Bersholawat
Di sela-sela acara, Ida Pandita Agung Putra Nata Siliwangi Manuaba menyinggung pernyataannya yang sempat viral terkait rencana acara Prambanan Bersholawat yang akhirnya dibatalkan. Ia menegaskan bahwa agama mayoritas tidak boleh mengintimidasi agama lain. Menurutnya, rencana acara tersebut telah menyinggung umat Hindu di seluruh Nusantara, dan tokoh-tokoh yang mendukungnya dianggap mengkhianati nilai-nilai keragaman Indonesia.
Sebagai tokoh di Sabha Pandita PHDI Pusat, Ida Pandita merasa berkewajiban untuk memperjuangkan keadilan dan menjaga harmoni antarumat beragama. “Adharma harus dikalahkan dengan dharma. Kami tidak bisa mendiamkan hal ini demi menjaga keragaman dan keharmonisan,” tegasnya. Pernyataan ini mencerminkan komitmennya dalam menjaga nilai-nilai toleransi dan keberagaman di Indonesia.
Makna dan Harapan dari Upacara
Upacara Manusa Yadnya Metatah ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual yang mengajarkan nilai-nilai keseimbangan, kebajikan, dan penghormatan terhadap leluhur serta Tuhan. Dengan selesainya upacara ini, Nasya dan Obi diharapkan dapat menjalani kehidupan dengan penuh tanggung jawab, menjaga keharmonisan dalam diri, keluarga, dan lingkungan sekitar.
Acara ditutup dengan suasana penuh keakraban, di mana para tamu undangan dan keluarga saling berbagi kebahagiaan. Upacara ini menjadi bukti nyata bahwa tradisi Hindu Bali tetap lestari, di tengah dinamika zaman yang terus berubah, sekaligus menjadi pengingat akan pentingnya menjaga nilai-nilai luhur dan keberagaman budaya Indonesia.
(B13NY)
#metatah #budayabali #manusayadya #adat
#wartaglobalbali #toleransi #nusantara
Sumber: Liputan langsung wartagloba
lbali.id di lokasi acara
KALI DIBACA