Bali, Warta Global . Id
Bali tidak punya tambang emas, tidak punya nikel, batu bara, atau minyak. Tapi Bali punya kekayaan yang jauh lebih berharga: tanah, manusia, dan budaya. Ketiganya adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Dan dari ketiganya, tanah adalah fondasi utama. Tanpa tanah, budaya kehilangan tempat. Tanpa tanah, manusia Bali kehilangan ruang hidup dan ruang berkesenian.
Hari ini kita menyaksikan fenomena yang mengkhawatirkan: tanah-tanah Bali dijual, dilepas, ditukar dengan uang yang cepat habis. Padahal tanah bukan sekadar benda fisik. Tanah Bali menyimpan sejarah, doa, dan warisan leluhur.
Menjual tanah Bali sama dengan menjual masa depan anak cucu kita.
Bayangkan ketika tanah habis dimiliki orang luar, di mana anak cucu kita akan membangun rumah? Di mana mereka akan menari, membuat ogoh-ogoh, melantunkan kidung, atau menggelar upacara adat? Tanah bukan hanya soal ekonomi, tapi soal ruang identitas dan keberlangsungan budaya Bali.
Karena itu, kita harus berhenti. Berhenti menjual tanah Bali. Mulailah menyadari bahwa nilai sejati tanah tidak bisa diukur dengan rupiah. Kita harus wariskan tanah kepada generasi berikutnya seperti kita mewariskan nama keluarga, pura, dan budaya. Bila tanah terus dijual, maka lambat laun Bali akan hilang dari dalam diri kita sendiri.
Mari kita bangkitkan kesadaran bersama: jaga tanah Bali seperti menjaga jiwa kita sendiri. Jangan jual tanah, ajari generasi muda untuk mencintai dan mengelolanya.
Wariskan tanah, bukan gadaikan tanah. Sebab tanah adalah nafas dari kebudayaan Bali, dan tanpa tanah, tidak ada Bali yang bisa kita sebut rumah.
Tanah Air, Tanah dan Airnya harus dijaga
KALI DIBACA