
Bali, WartaGlobal. Id
Kutipan dari Denis Fonvizin ini menyoroti bahaya dari kepemimpinan yang tidak kompeten. Ketika seseorang yang tidak memiliki kecerdasan, wawasan, atau kebijaksanaan berada di posisi berkuasa, dampaknya bisa sangat merugikan, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi banyak orang yang ia pimpin.
Seorang pemimpin yang bodoh cenderung membuat keputusan tanpa pertimbangan matang, mudah dipengaruhi, dan sering kali mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok kecil dibandingkan kepentingan yang lebih luas. Akibatnya, masyarakat atau organisasi yang dipimpinnya bisa jatuh dalam ketidakstabilan, ketidakadilan, atau bahkan kehancuran.
Pesan ini mengingatkan kita akan pentingnya memilih pemimpin yang berkompeten, bijaksana, dan memiliki integritas. Karena kekuasaan di tangan orang yang salah bukan hanya menjadi masalah bagi dirinya, tetapi juga bagi semua orang yang berada di bawah kepemimpinannya..
Tingkat pembicaraan seseorang mencerminkan kedalaman pikirannya. Saat seseorang membahas ide—tentang perubahan, nilai, kemungkinan, atau visi hidup—ia sedang menggunakan pikirannya untuk membangun dan memperluas wawasan. Inilah yang disebut Eleanor Roosevelt sebagai ciri dari pikiran yang hebat: tidak terjebak pada permukaan, tapi bergerak ke arah penciptaan, pemahaman, dan inovasi.
Sebaliknya, banyak orang terjebak membahas peristiwa demi peristiwa, kadang dengan emosi, tanpa refleksi lebih dalam. Ini bukan sepenuhnya buruk, tapi bisa membuat pikiran mandek dalam lingkaran reaksi, bukan refleksi. Dan yang lebih dangkal lagi adalah ketika percakapan hanya berputar pada membicarakan orang lain—menggosip, menilai, atau mencemooh. Pikiran semacam ini lebih sibuk mengamati kesalahan luar daripada menumbuhkan potensi dalam.
Roosevelt seolah mengajak kita untuk menaikkan level pembicaraan—bukan sekadar agar tampak pintar, tapi agar hidup punya arah yang lebih berarti. Ketika kita mulai membiasakan diri berdiskusi tentang ide, nilai, atau solusi, bukan hanya kualitas pikiran yang meningkat, tapi juga kualitas hubungan dan tujuan hidup kita.
Sumber Pustaka
KALI DIBACA