
SOLO, WARTA GLOBAL BALI – Dunia budaya dan tradisi Keraton Surakarta berduka. Kanjeng Sinuhun Pakubuwana XIII (PB XIII) Hangabehi, raja yang menjadi simbol kelangsungan tradisi Mataram Islam di Surakarta, telah mangkat pada Minggu pagi, 2 November 2025. Sang Raja menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Indriati, Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah.
Kabar duka ini menutup perjalanan panjang seorang raja yang lahir dengan nama Gusti Raden Mas (GRM) Suryadi pada 28 Juni 1948. Beliau adalah putra tertua dari Sri Susuhunan Pakubuwono XII, raja yang memimpin Keraton Surakarta selama 59 tahun, dari 1945 hingga wafatnya pada 2004. Dalam kepercayaan Jawa, masa kecil GRM Suryadi yang sering sakit-sakitan membuat namanya diganti menjadi GRM Surya Partana, sebuah pengharapan agar memiliki kehidupan yang lebih kuat dan bercahaya.
Naik Tahta di Era Modern
Setelah masa berkabung usai, GRM Surya Partana dinobatkan secara adat sebagai Sri Susuhunan Pakubuwono XIII pada tahun 2004. Tugas yang diembannya bukanlah hal mudah. Di pundaknya, terpikul tanggung jawab untuk menjaga eksistensi, tradisi, dan martabat keraton di tengah derasnya arus modernisasi. Selama 21 tahun memerintah, PB XIII menjadi pusat gravitasi budaya Jawa, memimpin berbagai upacara adat, dan menjadi penjaga warisan luhur leluhurnya.
Pernikahan dan Keturunan
Dalam perjalanan hidupnya, PB XIII diketahui memiliki tiga pernikahan yang masing-masing memberikannya keturunan:
1. Pernikahan pertama dengan Nuk Kusumaningdyah atau Kanjeng Raden Ayu Endang Kusumaningdyah, dikaruniai tiga putri:
*Gusti Raden Ayu (GRAy) Rumbai Kusuma Dewayani (GKR Timoer)
*GRAy Devi Lelyana Dewi
*GRAy Dewi Ratih Widyasari
2. Pernikahan kedua dengan Winari Sri Haryani atau KRAy Winari, melahirkan tiga anak:
*KGPH Mangkubumi (kini bergelar KGPH Hangabehi)
*GRAy Sugih
*GRAy Putri Purnaningrum
3. Pernikahan ketiga dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pakubuwono, permaisuri yang setia mendampingi hingga detik-detik terakhir. Dari pernikahan inilah lahir seorang putra, GRM Suryo Aryo Mustiko, yang kelak memegang peran sangat penting dalam suksesi kerajaan.
Penunjukan Putra Mahkota dan Masa Depan Keraton
Momen paling krusial bagi kelangsungan dinasti terjadi pada peringatan Tingalan Dalem Jumenengan ke-18, 27 Februari 2022. Dalam upacara agung yang penuh dengan tata krama dan spiritualitas Jawa tersebut, PB XIII secara resmi dan terbuka menetapkan putra bungsunya dari permaisuri, KGPH Purbaya, sebagai Putra Mahkota dan penerus tahta.
Sejak saat itu, KGPH Purbaya secara resmi menyandang gelar lengkap Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Sudibyo Rojoputro Nalendra ing Mataram. Gelar ini adalah penanda resmi dan sakral bahwa dialah yang ditunjuk untuk melanjutkan estafet kepemimpinan Keraton Surakarta Hadiningrat.
Dengan mangkatnya PB XIII, perhatian kini tertuju pada proses suksesi. Sesuai dengan wasiat dan penetapan resmi yang telah dilakukan, KGPH Purbaya dipersiapkan untuk naik tahta, melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan budaya yang telah dipegang oleh ayahandanya.

Segenap Keluarga Besar Redaksi Warta Global Bali, Romo Benny (Pimred) turut menyampaikan belasungkawa yang mendalam. “Sugeng Tindak Kanjeng Sinuhun Pakubuwana XIII Hangabehi.” Semoga amal ibadah dan segala jasa-jasa Almarhum dalam melestarikan budaya Jawa diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa, dan perjuangan beliau diteruskan oleh penerus yang ditunjuk. (MCB)
#keratonsolo #pbxiii #pakubuwono #suksesikeraton #kgphpurbaya
KALI DIBACA

