Saya mengutip dari pembicaraan diangkringan malam,obrolan mbah diyogyakarta .
Warta global Bali.id
Bali 6/9/2024
Cucunya, yang katanya cuma "duduk manis di rumah," sekarang dengan mudah memesan minuman keras dari genggaman tangannya. Cukup beberapa ketukan di layar ponsel, dan voila, botol pun tiba di depan pintu. Tanpa perlu repot keluar rumah, tanpa perlu berurusan dengan penjaga toko yang mungkin mengernyitkan dahi .
Semua berjalan lancar, bagai sistem yang sangat efisien.
Yang lebih asyik lagi, ternyata bukan hanya satu atau dua outlet saja yang menyediakan layanan ini. Ada banyak. Ada yang murah meriah, cukup seratus ribu, bisa dapat tiga botol. Atau, jika ingin yang lebih "eksklusif," ada juga pilihan dengan harga satu juta untuk satu botol saja.
Betapa luar biasanya keberagaman pilihan yang ditawarkan, sungguh mencerminkan kemajuan dan kreativitas bisnis di era digital ini.
Dan tampaknya, semua ini disambut dengan sukacita. Tidak ada keributan, tidak ada protes yang mencuat ke permukaan. Seolah-olah rakyat begitu bahagia menyaksikan anak-anak muda mereka belajar "mengasah kemampuan" mabuk.
Ini jelas sebuah tanda bahwa kita hidup dalam masyarakat yang begitu menerima perubahan.
Pemerintah, tentu saja, harus merasa sangat bangga. Berkat perizinan yang mulus dari Dinas Perdagangan, Perindustrian, Dinas Kesehatan, dan berbagai instansi lainnya, bisnis minuman keras online ini dapat tumbuh subur di Yogyakarta.
Sungguh sebuah prestasi yang patut diapresiasi. Pasti mereka semua mengucapkan syukur, melihat betapa lancarnya proses ini.
Mungkin, dalam beberapa waktu ke depan, kita akan melihat lebih banyak lagi inovasi luar biasa. Miras yang diantar dengan drone?
Siapa tahu? Yang jelas, jalan menuju kemajuan ini telah dibuka lebar, dan semua pihak tampaknya begitu berbesar hati menyambutnya.
Miras online bukan hanya soal minuman, ini tentang roda ekonomi yang berputar. Siapa sangka minuman keras bisa menjadi peluang usaha lokal yang berkembang pesat? Tak perlu lagi khawatir soal lapangan pekerjaan.
Setiap kali botol dikirim, banyak pihak mendapatkan rejeki. Pedagangnya, Ojol yang mengantar, aplikator, hingga pihak-pihak tertentu yang mungkin meraup ‘bonus.’ Tentu ini semua adalah bentuk kemajuan ekonomi yang patut dirayakan.
Yogyakarta, kota budaya dan pendidikan, kini menambah satu lagi daya tarik: pusat pertumbuhan outlet miras online.
Di mana lagi bisa kita temukan keseimbangan antara tradisi lokal dan modernitas yang begitu harmonis?
Sambil berkunjung destinasi wisata, turis kini bisa menikmati sebotol miras tanpa repot-repot mencari toko. Semua dihadirkan dengan mudah, hanya dalam beberapa klik. Mungkin ini bentuk adaptasi budaya modern yang tak kalah membanggakan.
Di bawah pengawasan Dinas Kesehatan, tentu saja semua distribusi minuman keras ini terjaga dengan baik.
Tidak ada lagi kekhawatiran soal kesehatan masyarakat, karena dengan adanya izin resmi, pasti semuanya "aman terkendali."
Mungkin sebentar lagi kita akan melihat kampanye kesehatan dari pemerintah yang disertai dengan promo "minuman beralkohol aman dan bersertifikat." Sungguh sebuah upaya yang indah.
Dari miras ini juga bisa mempererat tali persaudaraan. Ketika botol-botol beredar, pertemuan-pertemuan semakin akrab. Anak-anak muda yang dulu sibuk dengan urusan mereka sendiri, kini bisa berkumpul bersama, berbagi tawa dan cerita sambil mendem.
Tak ada yang lebih menyatukan daripada obrolan "mabuk" yang tak kenal batas. Solidaritas generasi baru, dibangun di atas dasar botol dan gelas.
Dengan akses miras yang semakin mudah, tentu kita berharap tingkat kriminalitas bisa turun, kan?
Jika orang-orang bisa mabuk dari kenyamanan rumah mereka, tidak ada lagi alasan untuk pergi keluar mencari masalah. Jalanan lebih sepi, mabuk-mabukan kini menjadi kegiatan privat yang aman di balik pintu rumah.
Di tengah tekanan hidup yang semakin besar, alkohol memberikan "pelarian". Anak muda yang stress dengan beban sekolah atau pekerjaan kini memiliki cara yang "efektif" untuk menenangkan pikiran.
Sungguh solusi sederhana untuk kesehatan mental. Tak perlu konseling, cukup segelas miras, dan semua masalah terasa lebih ringan. Sampai esok hari.
Dengan dampak kesehatan yang berpotensi fatal, terutama pada organ seperti hati, miras mungkin bisa dilihat sebagai solusi populasi yang 'alami'.
Tidak perlu kampanye keluarga berencana, karena mereka yang terlalu sering mabuk mungkin tidak akan hidup cukup lama untuk memperbanyak keturunan. Pemerintah tak perlu khawatir soal ledakan populasi; alkohol akan menjaga keseimbangan.
Bagaimana dengan Bali sebagai surga dunia ?
Apakah saya sedang nyindir?!.
Sumber : Sekjen Gebang,3/9/2024
KALI DIBACA