Rahadi Wangsapermana : *Kebebasan Pers yang Terukur: Jalan Tengah antara Integritas dan Tanggung Jawab Global* - WARTA GLOBAL BALI

Mobile Menu

Top Ads

Whatshop - Tema WhatsApp Toko Online Store Blogger Template

Pendaftaran Jurnalis

Klik

Berita Update Terbaru

logoblog

Rahadi Wangsapermana : *Kebebasan Pers yang Terukur: Jalan Tengah antara Integritas dan Tanggung Jawab Global*

Friday, 13 June 2025



Bali, WartaGlobal. Id
Dalam era keterbukaan informasi dan disrupsi digital, kebebasan pers adalah salah satu indikator utama sehatnya demokrasi. Namun, kebebasan ini bukan tanpa batas. Ia harus dijalankan dengan ukuran yang jelas, tanggung jawab etis, serta integritas tinggi dari setiap wartawan. Apalagi di tengah gempuran arus informasi global dan tekanan kepentingan politik maupun ekonomi, wartawan dituntut tidak hanya kritis, tetapi juga cerdas secara moral dan nasionalis secara substansial.

*Kebebasan yang Tidak Liar*
Kebebasan pers bukan berarti kebebasan untuk menyebar sensasi, hoaks, atau narasi sepihak demi klik dan popularitas. Ia adalah kebebasan yang lahir dari semangat mencerdaskan publik dan mengontrol kekuasaan agar tetap pada relnya. Wartawan yang baik tahu batas antara kebebasan berekspresi dan penyalahgunaan kebebasan.

Dalam konstitusi Indonesia, kebebasan pers dijamin oleh Pasal 28F UUD 1945. Namun, jaminan ini harus dibarengi oleh self-restraint, yaitu kesadaran dari dalam tubuh pers itu sendiri untuk menyeleksi dan menyeimbangkan informasi, bukan sekadar menyampaikannya. Dengan kata lain, kebebasan pers harus "terukur": bebas tapi terarah, merdeka tapi bertanggung jawab.

*Profesionalisme dan Integritas sebagai Pilar Utama*
Jurnalisme bukan hanya pekerjaan, tetapi profesi dengan kode etik. Di tengah kemudahan menjadi "konten kreator", wartawan sejati masih menempatkan akurasi, verifikasi, dan keberimbangan sebagai roh dari setiap produk berita. Integritas menjadi nilai tawar utama yang membedakan jurnalis dengan propagandis atau buzzer.

Seorang wartawan profesional tidak mudah terjebak pada framing yang bias, tidak pula tergoda pada tekanan editorial yang bersifat partisan. Ia bekerja dengan dasar kepentingan publik, bukan kepentingan politik atau komersial.

*Wawasan Kebangsaan dan Global: Menembus Sekat-Sekat Ego*
Tantangan globalisasi menjadikan setiap informasi tak lagi berbatas wilayah. Namun, wartawan Indonesia harus tetap berpijak pada nilai-nilai kebangsaan. Bukan berarti menjadi nasionalis sempit, tetapi membawa nilai-nilai Pancasila dalam cara berpikir dan melaporkan: adil, jujur, menjunjung kemanusiaan, serta menjaga persatuan dalam keberagaman.

Di saat bersamaan, wawasan global menjadi syarat mutlak. Wartawan harus mampu memahami dinamika dunia internasional, membandingkan, menganalisis, dan menerjemahkannya dalam konteks lokal. Ini penting agar narasi-narasi global tidak hanya ditelan mentah, tetapi dikontekstualisasikan secara cerdas.

*Menjadi Suara yang Mencerdaskan*
Di tengah krisis kepercayaan publik terhadap banyak lembaga, media memiliki peluang sekaligus tanggung jawab besar untuk menjadi sumber pencerahan. Kebebasan pers yang terukur, berpadu dengan integritas pribadi dan wawasan luas, adalah jawaban atas tantangan zaman.

Menjadi wartawan hari ini bukan sekadar menulis berita, tetapi menjaga kewarasan publik.      
                                                                                                                                                                                          Pemerhati Perang Asimetris


Butet

KALI DIBACA