Bali, WartaGlobal.Id, 4/8/2025 - Sebuah tren kontroversial viral di TikTok membandingkan bendera bajak laut Jolly Roger dari anime One Piece dengan bendera Merah Putih. Unggahan dengan narasi "Maaf Jenderal, bendera One Piece mungkin lebih ramai dari Merah Putih di HUT RI" memicu diskusi panas di media sosial. Banyak netizen menegaskan bahwa hal ini bukan bentuk pengkhianatan, melainkan ekspresi kekecewaan terhadap kondisi bangsa.
Apa yang Terjadi?
1. Fenomena Viral One Piece
- Konten-konten yang membandingkan bendera *One Piece* dengan Merah Putih ramai dibagikan, terutama oleh kalangan muda.
- Tagar #MerahPutihvsJollyRoger menjadi trending, dengan ribuan komentar yang mengkritik elit politik dan ketidakadilan sosial.
2. Pernyataan Netizen
- "Kami terlalu mencintai negeri ini, hingga tak sanggup melihat prinsipmu dikubur oleh penerus yang sesat," tulis salah satu akun.
- Banyak yang menyebut Merah Putih kini hanya dijadikan simbol kosong, sementara Jolly Roger dianggap mewakili perlawanan terhadap ketidakadilan.
Mengapa Rakyat Lebih Terhubung dengan Bendera Fiksi?
Analisis dari Pimpinan Redaksi Warta Global Bali Maichel Benedictus atau lebih akrab disapa Romo Benny menyoroti kegagalan elite dalam menjaga makna kemerdekaan:
- Merah Putih sebagai Tempelan Proyek: Bendera nasional dianggap hanya dikibarkan untuk kepentingan politik dan bisnis oligarki.
- Nasionalisme yang Dijual: Simbol kemerdekaan dijadikan alat legitimasi, sementara rakyat menghadapi ketimpangan ekonomi dan korupsi.
- Sumpah Kemerdekaan yang Dilupakan: Sumber daya alam dikeruk untuk segelintir orang, sementara rakyat berjuang memenuhi kebutuhan dasar.
Makna Simbolik Jolly Roger
Bendera bajak laut dalam One Piece bukan sekadar ikon fiksi, tetapi diinterpretasikan sebagai:
- Simbol Perlawanan: Melawan ketidakadilan dan penindasan.
- Solidaritas: Persatuan antarkelompok yang tertindas.
- Harapan akan Dunia yang Lebih Adil: Meski fiksi, nilai-nilainya dianggap lebih nyata daripada janji-janji pemimpin.
"Merah Putih terlalu Suci untuk dikibarkan di Negara yang penuh Noda. Jolly Roger kini menjadi simbol harapan," Ujar netizens di platform X.
Siapa yang Salah?
Pertanyaan kritis diajukan:
- Rakyat yang Kecewa?
Atau
- Elite yang Menjual Negara?
- Dituding memperalat agama, tuli terhadap kritik, dan mengorbankan rakyat untuk kepentingan pribadi.
Ini Bukan Penghinaan, tapi Pukulan Nurani
Seperti pernyataan sikap dalam salah satu sesi acara Pencanangan 10 juta Bendera Merah Putih:
"Jika bendera nasional kehilangan makna di mata rakyat, bukan rakyat yang gagal mencintai, tapi elite yang gagal menjaga cinta itu."
Pesan dari Marhaenisme
Mengutip Bung Karno:
"Nasionalisme bukan pada bendera, tapi pada keberpihakan."
- Revolusi diartikan bukan sekadar mengganti simbol, tetapi menghancurkan sistem yang menindas.
- Rakyat menolak simbol bukan karena benci bangsa, tapi karena "cinta yang luka" terhadap pengkhianatan nilai-nilai kemerdekaan.
Tanggapan Publik
- Dukungan: Banyak warganet setuju bahwa kritik ini adalah cerminan kegagalan kepemimpinan.
- Kontroversi: Sebagian menganggap perbandingan dengan bendera fiksi tidak pantas dan merendahkan nasionalisme.
- Ajakan Aksi: Gerakan seperti #RevolusiMentalKembali muncul, mendesak reformasi sistemik.
Fenomena ini bukan sekadar viral semata, melainkan gejala krisis makna kebangsaan. Ketika rakyat lebih terhubung dengan simbol fiksi daripada bendera nasional, ini adalah alarm bagi para pemimpin untuk introspeksi:
- Elite politik diharap merespons dengan kebijakan pro-rakyat, bukan represi.
- Masyarakat diajak kembali merebut makna kemerdekaan yang sesungguhnya.
"Kami mencintai Indonesia, tapi kami muak dengan pengkhianatan."
— Suara Warta Global Bali.
(MCB)
#OnePieceVsMerahPutih #KrisisNasionalisme #ReformasiBangsa
KALI DIBACA
