Jurnalis Bersama Sejarah :"Letnan Jenderal (tituler) Sri Susuhunan Pakubuwana XII" - WARTA GLOBAL BALI

Mobile Menu

Top Ads

Whatshop - Tema WhatsApp Toko Online Store Blogger Template

Berita Update Terbaru

logoblog

Jurnalis Bersama Sejarah :"Letnan Jenderal (tituler) Sri Susuhunan Pakubuwana XII"

Sunday 14 January 2024

Bali Warta Global. I'd, 
Adalah Sri Susuhunan Keraton Surakarta Hadiningrat kedua belas, beliau menjadi Sri Susuhunan yang memerintah Keraton Surakarta Hadiningrat paling lama diantara raja-raja di Jawa, selama 59 tahun berkuasa dari tahun 1945 hingga 2004.

Nama aslinya adalah Raden Mas Suryo Guritno, putra Pakubuwana XI yang lahir dari permaisuri KRAy. Koespariyah (bergelar GKR. Pakubuwana / yang dikenal dengan julukan Ibu Ageng ) pada tanggal 14 April 1925 dan wafat pada tanggal 11 Juni 2004. Beliau naik tahta pada tanggal 11 Juni 1945 menggantikan Ayahandanya Sri Susuhunan Paku Buwono XI yang telah wafat pada tanggal 1 Juni 1945, la juga memiliki seorang saudara perempuan seibu bernama GRAY. Koes Sapariyam (bergelar GKR. Kedaton). Ia juga dijuluki sebagai Sinuhun Hamardika karena merupakan Susuhunan Surakarta pertama yang memerintah pada era kemerdekaan Indonesia.


XII bersama Mangkunegara VIII, secara terpisah mengeluarkan dekrit (maklumat) resmi kerajaan yang berisi pernyataan ucapan selamat dan dukungan terhadap Republik Indonesia.

Setelah Kemerdekaan Indonesia selama revolusi fisik Pakubuwana XII memperoleh pangkat militer kehormatan (tituler) Letnan Jenderal dari Presiden Soekarno. Kedudukannya itu menjadikan ia sering diajak mendampingi Presiden Soekarno meninjau ke beberapa medan pertempuran, Termasuk pula dalam bernegosiasi dalam pembebasan Tentara Pelajar dan Pegawai RI yang ditawan oleh Belanda. Beliau juga ikut berjuang dalam mempertahankan Kemerdekaan Indonesia bersama rakyat karena ia menyadari kedudukannya sebagai tokoh masyarakat adat terlebih dirinya adalah seorang Letnan Jenderal (tituler) TKR. Maka Pakubuwana XII bertekad untuk ikut berjuang, salah satunya adalah dengan memberikan asset keraton Surakarta, untuk mendukung kebutuhan perjuangan nasional seperti kuda, mobil, senjata, peluru hingga dana untuk Republik Indonesia.

Termasuk saat beliau diminta untuk
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan, pada 1 September 1945 Pakubuwana. 



Dimana beliau diminta untuk menjadi bagian delegasi RI dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda pada tahun 1949 bersama Mohammad Hatta, dan Sri Paduka Mangkunagoro VIII karena Konflik antara Indonesia dengan Belanda tidak kunjung usai, yang menyebabkan PBB akhirnya turun tangan dengan menyerukan kembali pertemuan yang membahas penyelesaian secara damai antara Indonesia dengan Belanda.

Akhirnya pihak Indonesia dengan Belanda memutuskan untuk mengambil jalan damai dengan melakukan pertemuan diplomasi yaitu Konferensi Meja Bundar, Sebelumnya pada tanggal 6 juni 1949, dilakukan perjanjian Roem Royen yang ditetapkan oleh resolusi Dewan Keamanan PBB secara efektif dimana Mohammad Roem mengatakan bahwa Indonesia bersedia mengikuti Konferensi agar kedaulatan secara penuh, sungguh-sungguh, dan tidak bersyarat secepatnya bisa diserahkan kepada Negara Indonesia Serikat (NIS).

Perjanjian Roem Royen ini akhirnya menghasilkan kesepakatan bahwa Konferensi Meja Bundar harus dilaksanakan demi terwujudnya. 
Penyelesaian Sengketa antara Indonesia dan Belanda secara adil dan cepat. satu bulan kemudian, beberapa tokoh pemimpin Indonesia diasingkan ke Bangka, akhirnya kembali ke Ibu kota sementara yaitu Yogyakarta.

Netti/*


 Sumber  :
 Buku Mohammad Roem : Karir Politik dan Perjuangan 1924-1968 Pengarang, lin Nur Insaniwati penerbit IndonesiaTera (2002), beberapa foto dari mataramroyalblood, dan beberapa dari artikel lain.


KALI DIBACA