Bali Kedamaian Yang Di Jual Secara Kasat Mata - WARTA GLOBAL BALI

Mobile Menu

Top Ads

Whatshop - Tema WhatsApp Toko Online Store Blogger Template

Berita Update Terbaru

logoblog

Bali Kedamaian Yang Di Jual Secara Kasat Mata

Saturday, 15 February 2025


WartaGlobalBali.id
Denpasar, 15 Februari 2025
Bali adalah kisah tentang kedamaian yang dijual, keindahan yang dikemas, dan romantisme yang mendatangkan uang. 

Setiap ombak yang pecah di tepian pantai, setiap senyum ramah yang menyambut di bandara, semua memiliki nilai tukar. Damai bukan hanya perasaan, tapi juga produk yang dijajakan kepada dunia.

Turis datang membawa kagum, membawa harapan akan ketenangan yang tak mereka temukan di tempat lain. Mereka berjalan di antara pura yang kokoh, mengagumi ukiran yang berusia ratusan tahun, menyusuri sawah hijau yang membentang hingga cakrawala. Mereka bernafas dalam udara yang dipenuhi dupa, diiringi gamelan yang bergaung di kejauhan.

Inilah Bali yang mereka cari, Bali yang mereka bayar untuk dinikmati.

Dan uang itu mengalir. Ke hotel-hotel megah dan losmen-losmen kecil, ke pemilik restoran dan pedagang kaki lima, ke perajin patung dan pelukis di Ubud, ke petani yang kangkungnya laris, yang sawahnya menjadi latar swafoto.

Uang itu, yang datang dari kedamaian yang dijual, kemudian dikembalikan dalam bentuk jalan beraspal mulus, jembatan yang menghubungkan desa-desa, sekolah bagi anak-anak, hingga hibah untuk membangun pura.

Namun, kedamaian yang dijual ini penuh paradoks. Jika Bali adalah surga ketenangan, mengapa ada pembunuhan di Jalan Ratna?

Jika Bali adalah tempat orang mencari harmoni, mengapa ada wisatawan yang memukul petugas keamanan?
Jika Bali adalah tempat menghormati budaya, mengapa ada protes karena simbol suci digunakan untuk hiburan? Bahkan, ada tempat hiburan yang harus tutup karena izin yang tak jelas.

Kedamaian, yang seharusnya menjadi milik bersama, justru menjadi sesuatu yang harus terus dijaga dengan penuh kewaspadaan. 

Tak ada keindahan tanpa keamanan. Tak ada romantisme tanpa ketertiban. Tak ada kesejahteraan tanpa kebersihan.

Karena itu, menjaga Bali bukan hanya tugas pemerintah atau aparat. Ini tanggung jawab semua.

Sampah di rumah kita tak boleh mencemari desa tetangga. Debu dari keserakahan tak boleh menutupi cahaya tradisi. Jika sumber masalah diselesaikan sejak awal, Bali akan tetap bersih, tetap damai, tetap memikat. Sebab di pulau ini, damai bukan sekadar rasa—ia adalah nyawa dari segalanya.

Sumber :
Wayan Suyadnya

KALI DIBACA