Semangat Gus Dur dan Harmoni Nusantara Bergema di Umbul Mantra Bersama HPK Bali - Warta Global Bali

Mobile Menu

Top Ads

Whatshop - Tema WhatsApp Toko Online Store Blogger Template

Pendaftaran Jurnalis

Klik

Berita Update Terbaru

logoblog

Semangat Gus Dur dan Harmoni Nusantara Bergema di Umbul Mantra Bersama HPK Bali

Tuesday, 30 December 2025


Denpasar, Wartaglobalbali.id – Suasana khusyuk dan penuh keberagaman menyelimuti Rumah Doa Nusantara di Denpasar, Selasa Legi (30/12/2025) malam. Dalam satu rangkaian acara yang penuh makna, komunitas Padepokan Sapu Jagat Karomah Nusantara dan Himpunan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa (HPK Bali) menggelar kegiatan rutin bulanan “Umbul Mantra Nusantara” yang berpadu dengan “Peringatan 16 Tahun Wafatnya Bapak Semua Umat, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)”. Acara yang dimulai pukul 19.30 WITA ini menghadirkan perpaduan refleksi spiritual, seni, dan dialog kebangsaan, mengusung pesan perdamaian dan persatuan yang kental diwariskan Gus Dur.

Para undangan yang hadir dengan pakaian adat dan busana sesuai agama masing-masing disambut dengan alunan musik klasik penuh hormat. Segmen pembuka, “Tribute to Gus Dur”, diisi secara apik oleh maestro gitar klasik Bali, Bopo Lijanto Tjahjoputro, bersama Mbak Intan Mayadewi Tjahjoputro. Melodi yang mengalun dari jari-jari mereka menjadi pembuka yang menyentuh hati, mengingatkan semua yang hadir pada sosok pluralis sejati.

Acara inti kemudian dilanjutkan dengan prosesi “Umbul Mantra Bersama Untuk Nusantara Jagad Bawana” yang dipimpin oleh perwakilan Padepokan Sapu Jagat Karomah Nusantara, Gus Mashudi. Ritual yang penuh khidmat ini ditujukan untuk mengirimkan doa dan mantra kebaikan bagi keselamatan dan kerukunan seluruh Nusantara, sekaligus menjadi wujud penghormatan mendalam pada arwah Gus Dur.

Puncak dari semangat inklusivitas Gus Dur terwujud dalam sesi “Doa Lintas Agama”. Dengan mengutip kata-kata mantan Presiden ke-4 RI tersebut, “Tidak penting apapun agama dan sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua manusia, maka orang tidak pernah tanya apa agamamu,” acara ini menghadirkan perwakilan dari berbagai keyakinan untuk bersama-sama memanjatkan doa:
* Hindu: Ida Rsi Acharya Sadhu Giriramandha dan Ida Pandita Mpu Paramasadhu.
* Budha: Romo Pandita Effendi Halim.
* Katolik: Bopo Johanes Rollie.
* Kristen: Ev. Maichel Benedictus (Romo Benny).
* Islam: Ustad Imam Hambali.
* Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME: Romo Budi Dharma dan Romo Bambang Chandra Wijaya.

Nuansa kebersamaan lintas iman semakin kuat dengan kehadiran dan sambutan dari Ketua Persaudaraan Hindu Muslim Bali, Anak Agung Ngurah Agung Puri Gerenceng Pemecutan. Dalam pidatonya, beliau menceritakan sejarah panjang kerukunan di Bali, khususnya peran leluhur Puri Pemecutan dalam menjaga harmoni. “Hubungan antar umat beragama, Pemecutan banyak memberikan wakaf tanah untuk mesjid, gereja, dan *konco* (tempat ibadat). Leluhur saya mahir bahasa Arab karena menjadi penerjemah bagi saudara dari Arab di jaman kerajaan,” ungkapnya.

Beliau juga menjelaskan filosofi penempatan pemukiman masa lalu yang berkelompok menurut etnis atau agama untuk memudahkan pengelolaan, yang kini di era Republik telah berubah menjadi pemukiman campur yang harmonis. “Sekarang, perumahan bisa campur. Orang tinggal, ada Hindu, Kristen, Buddha, Islam, sekarang bisa bersatu tinggal di satu gang. Itulah kemajuan kita,” tegasnya.

Acara yang berlangsung hingga larut malam ini dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat dan organisasi dari berbagai latar, di antaranya:
1. Ketua Persaudaraan Hindu Muslim Bali, Anak Agung Ngurah Agung.
2. Romo Ainul Karim (Rumah Nuswantoro)
3. Mas Krish Besut (Pasraman Sabda).
4. Kangmas Eko Harsono (KARUHUN).
5. Pak Haji Morgan (Tokoh Muslim Kuta).
6. Gus Tama (Pimpinan Aswaja Dewata Bali).
7. Gus Syahrial (Ketua ISNU Prov. Bali).
8. Gus Fariz (Ketua Jaringan Gusdurian Prov. Bali).
9. Romo Tjipto (Budayawan).
10. Mbah Jampi Marem (Pagar Nusa Bali).
11. Kangmas Harto (Budayawan Banyumasan).
12. Mas Bambang (Sameton Muslim Probolinggo).
13. Sedulur Cakra (Surabaya).
14. Jro Mangku Gerokgak (Praktisi Spiritual).

Melalui acara yang sederhana namun bermakna dalam ini, Umbul Mantra Nusantara kembali membuktikan bahwa semangat Gus Dur untuk merawat kebinekaan, dialog antaragama, dan cinta pada Tanah Air tetap hidup dan relevan di tengah masyarakat Bali dan Nusantara. Pesan bahwa kerukunan bukan hanya retorika, tetapi tradisi yang telah dijalankan turun-temurun dan perlu terus dipupuk, bergema kuat dari Denpasar malam itu. (MCB)

KALI DIBACA