"Kepentingan Umum "Kembalinya Fungsi Asli Media Pers - WARTA GLOBAL BALI

Mobile Menu

Top Ads

Whatshop - Tema WhatsApp Toko Online Store Blogger Template

Berita Update Terbaru

logoblog

"Kepentingan Umum "Kembalinya Fungsi Asli Media Pers

Wednesday 28 February 2024

 BaliWartaGlobal, id
Rabu 28-02-2024,04:13 WIB

DUA capres didukung oleh pemilik media yang begitu besar. Dua-duanya gagal masuk putaran dua. Satu capres lagi tidak didukung pemilik media: perolehan suaranya mengejutkan, 60 persen.

Walhasil, media sebagai kekuatan besar sudah jadi ''omong kosong' –jiplak istilah populer di debat capres. 

Semua orang kini punya medianya sendiri-sendiri. Independen. Hilanglah adagium lama: siapa menguasai media ia/dia menguasai dunia. Omong kosong. 

Hilang juga kebanggaan lama: mendirikan pers sebagai alat perjuangan. Matilah sudah: pers perjuangan. pers perjuangan juga omong kosong.

Berjuang untuk ''membela kepentingan umum'' sudah lewat. ''kepentingan umum'' sudah kalah oleh ''kepentingan diri sendiri''. Doktrin ''what it mean to us'' sudah kalah dengan ''what it mean to me''.

Mulai hilangnya makna ''what it mean to us'' sekaligus berarti hilangnya prinsip gotong royong dalam budaya lama kita.

Pahit sekali untuk mengatakan ini: kita sudah kehilangan ajaran gotong royong. Ada yang sudah mengakui kenyataan itu. Ada yang masih mengucapkannya di pidato-pidato. Bahkan masih ada yang  mengharapkan gotong royong digalakkan lagi: demi melestarikan warisan leluhur yang luhur.

Misi media untuk kepentingan umum sudah benar-benar berakhir. Media hanyalah untuk kepentingan pemilik media. Dulu pun begitu: tapi tidak semutlak sekarang.

''Kepentingan umum'' jadi barang langka. Ia telah digantikan oleh ''kepentingan diri sendiri''.

Tentu itu sesuai dengan naluri manusia, salah satunya, adalah serakah. Naluri yang lain: mementingkan diri sendiri. 

Yang masih memberikan harapan adalah: manusia juga punya naluri untuk mendapatkan kehangatan, pengakuan, dan cinta dari orang lain. 

𝐇𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐢𝐤𝐚𝐩 𝐛𝐚𝐢𝐤, 𝐬𝐨𝐩𝐚𝐧, 𝐝𝐚𝐧 𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤𝐭𝐢𝐟 𝐦𝐚𝐤𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐦𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐡𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐚𝐧, 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐚𝐤𝐮𝐚𝐧, 𝐝𝐚𝐧 𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐥𝐚𝐢𝐧 𝐢𝐭𝐮.

Gotong royong hilang, tapi orang masih tetap perlu orang lain. 
(Sumber:Dahlan Iskan)

KALI DIBACA