
DENPASAR, WartaGlobalBali.Id – Aksi unjuk rasa di depan Markas Kepolisian Daerah (Polda) Bali, Jalan WR Supratman, Denpasar, pada Sabtu (30/8/2025), berakhir ricuh. Sebanyak 22 orang pendemo diamankan aparat setelah massa melakukan tindakan anarkis, memicu bentrok dengan petugas yang berujung pada luka-luka delapan personel Polri dan dua warga sipil.
Berdasarkan keterangan resmi Kabid Humas Polda Bali, Kombes Pol. Ariasandy, S.I.K., demonstrasi yang diikuti sekitar 300 orang dari berbagai elemen—termasuk mahasiswa, driver ojek online, LSM, LBH, dan Aliansi Mahasiswa Papua (AMP)—pada awalnya berlangsung tertib. Mengantisipasi situasi, Polda Bali menurunkan sekitar 1.000 personel gabungan, termasuk melibatkan pecalang dari Desa Adat Pagan.
Aksi yang dimulai pukul 11.00 Wita itu menyuarakan dua tuntutan utama: pembubaran DPR dan penegakan hukum terkait kasus meninggalnya seorang driver ojek online di Jakarta yang diduga akibat tertabrak kendaraan dinas Polri. Dalam upaya peredaman eskalasi, Dirsamapta Polda Bali sempat naik ke podium untuk menyampaikan komitmen akan menindaklanjuti aspirasi yang disampaikan.
Namun, situasi berubah drastis sekitar pukul 15.30 Wita. Massa diduga memprovokasi kericuhan dengan memaksa masuk ke dalam kompleks Mako Polda Bali. Gerbang utama didobrak, batu dilemparkan ke arah kantor dan aparat yang berjaga, serta tembok dan pintu markas dicorat-coret.
Menghadapi eskalasi yang mengancam keamanan, pasukan PHH Brimob dan Samapta mengambil tindakan tegas sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk membubarkan massa. “Unjuk rasa sah dan dilindungi undang-undang, namun jangan sampai anarkis,” tegas Ariasandy dalam pernyataannya.
Dari aksi tersebut, 22 orang yang dinilai aktif memprovokasi kerusuhan diamankan. Mereka berasal dari berbagai daerah seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Gorontalo, Flores, dan Bali. Hingga berita ini diturunkan, mereka masih menjalani pemeriksaan intensif di Polda Bali. Beberapa terindikasi sengaja membuat onar.
Menyikapi insiden tersebut, sejumlah tokoh masyarakat dan perwakilan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) hadir untuk meredakan ketegangan dan menyerukan perdamaian. Mereka melakukan doa bersama di halaman Polda Bali, menegaskan komitmen untuk menjaga Bali tetap damai.
Gde Oka, Ketua Setya Kita Pancasila Bali, dalam pernyataannya menekankan, “Bali tetap menjaga adat dan budaya, menyame braya antarsesama, karena Bali untuk semua.” Seruan senada disampaikan Romo Benny, mewakili umat Kristiani, yang mengingatkan, “Tetaplah bersuara untuk kebebasan berbicara, berpendapat, dan berekspresi, namun dalam koridor yang konstruktif dan membangun, jangan anarkis serta merusak fasilitas umum. Jaga Bali dengan damai.”
Ariasandy juga mengingatkan betapa vitalnya stabilitas keamanan bagi Bali, yang hampir 70% hidupnya bergantung pada sektor pariwisata. “Jika keamanan terganggu, kunjungan wisatawan juga bisa terdampak,” ujarnya. Ia pun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama menjaga kondusivitas Pulau Dewata. “Mari kita jaga Bali agar tetap ajeg, aman, dan damai,” pungkasnya.
Korban luka-luka, baik personel maupun warga, telah mendapatkan perawatan medis di RS Trijata Polda Bali. Polda Bali masih menyelidiki lebih lanjut peristiwa ini dan kemungkinan adanya unsur provokator dari luar yang memanfaatkan aksi unjuk rasa. (MCB)
KALI DIBACA