
BADUNG, WartaGlobalBali.Id – Di bawah langit Desa Plaga yang pekat namun penuh keteduhan spiritual, sebuah ikhtiar kolektif untuk memulihkan keseimbangan jagat raya sukses digelar. Komunitas spiritual "Manggala Taksu Agung" baru saja melaksanakan Ritual Pangerestiti Jagat bertajuk Pakelem di Jembatan Bangkung, Kabupaten Badung, Bali, pada Kamis (19/12/2024). Ritual sakral ini bukan sekadar seremoni, melainkan aksi nyata sebagai respons atas meningkatnya frekuensi musibah, termasuk banjir di berbagai wilayah Bali dan insiden bunuh diri di lokasi jembatan yang ikonik tersebut.
Upacara yang dimulai pukul 11.00 WITA ini digelar dengan khidmat, dipimpin langsung oleh Jro Gede Widiarta ST (sering disapa Jro Gede Widhi) dari Blahkiuh, Abiansemal, selaku Pengerajeg Karya. Prosesi spiritual dipuput oleh Jro Gede Winungu Sari dari Ungasan dan dipandu oleh Jero Mangku Suadnyana dari Pupuan, Tabanan.
Fenomena Alam yang Mengiringi: Hujan Berhenti Usai Mecaru
Sebuah fenomena alam menarik menjadi perhatian dalam ritual ini. Kawasan Plaga yang sebelumnya diguyur hujan deras, tiba-tiba berubah menjadi cerah dan bersih tepat setelah tahapan inti "Mecaru" (ritual penyucian dan penyeimbangan) selesai dilaksanakan. Para peserta dan pemangku ritual meyakini fenomena ini sebagai bentuk "restu alam (niskala)" yang menandai diterimanya persembahan tulus yang dipersembahkan untuk menyelaraskan energi alam.

"Peristiwa ini adalah pesan. Para penekun spiritual semestinya tidak hanya fokus pada kegiatan di dalam Pura, tetapi juga turun langsung melakukan aksi nyata di titik-titik alam terbuka, di tempat-tempat yang membutuhkan penyelarasan, demi menjaga keseimbangan semesta," tegas Jro Mangku Sugata, salah satu anggota Manggala Taksu Agung yang hadir.
Usulan Spiritual: Pentingnya Rebranding Nama "Jembatan Bangkung"
Di penghujung acara, muncul suatu catatan spiritual penting yang disampaikan oleh Jro Gede Winungu Sari bersama sang istri. Beliau mengusulkan agar pemerintah dan pihak terkait mempertimbangkan untuk mengganti nama "Jembatan Bangkung".
Berdasarkan pesan spiritual yang diterimanya, nama dengan vibrasi energi yang lebih positif diyakini dapat memberikan dampak psikologis dan spiritual yang lebih baik bagi setiap pengendara maupun wisatawan yang melintas. Pergantian nama diharapkan dapat membantu meminimalisir aura negatif dan membawa energi baru yang lebih menentramkan di kawasan strategis tersebut.

Gotong Royong Umat untuk Ibu Pertiwi
Keberhasilan rangkaian ritual ini tidak lepas dari sinergi dan semangat gotong royong berbagai elemen umat Hindu. Turut hadir dan mendukung perwakilan dari Puskor Hindunesia, MDA & PHDI Kecamatan Petang, Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN), serta para Pemangku Tri Kahyangan Tiga Desa Plaga.
Ibu Jero Sinar, tokoh spiritual dari Selemadeg, Tabanan, yang juga menjabat sebagai Koordinator Upakara, menyampaikan harapannya. "Semoga ritual ini menjadi titik balik bagi keselamatan dan kedamaian di Jembatan Bangkung. Kami juga ingin mengajak pemerintah dan para pelaku usaha untuk lebih peduli dan terlibat aktif dalam pelestarian alam secara kolektif, berdasarkan filosofi Tri Hita Karana yang menjaga harmoni antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan alam."
Komitmen Berkelanjutan untuk Bali dan Nusantara
Dalam penutupannya, Jro Gede Widhi menyampaikan apresiasi mendalam kepada seluruh anggota, simpatisan, dan donatur Manggala Taksu Agung. Ucapan terima kasih khusus disampaikan kepada Griya Asri Penyarikan Sanur yang telah memberikan dukungan penuh terhadap sarana upakara (perlengkapan ritual).
Ditegaskannya, aksi Pangerestiti Jagat ini bukanlah yang terakhir. "Ini adalah awal dari komitmen dan pengabdian berkelanjutan kami. Manggala Taksu Agung bertekad untuk terus berkarya, turun ke titik-titik yang membutuhkan, demi menjaga kesucian tanah Bali dan mengupayakan kedamaian bagi seluruh Nusantara," pungkas Jro Gede Widhi penuh keyakinan.
Ritual yang berlangsung hampir seharian itu ditutup dengan suasana penuh ketenangan dan harapan, meninggalkan pesan tentang pentingnya menjaga harmoni antara manusia, spiritualitas, dan alam semesta. (MCB)
KALI DIBACA

