
Foto: Sinuhun PB XIV menerima tamu dari korea selatan dan dosen dari Unwahas
Surakarta, WartaGlobalBali.Id – Langkah progresif Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di bawah kepemimpinan Sinuwun Sampeyan Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan Pakoe Boewono XIV kembali terlihat. Pada Selasa (18/11/2025), Raja yang akrab disapa "Raja Gen Z" ini menyambut hangat kunjungan dosen Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang dan tamu istimewa dari Korea Selatan di Bangsal Sasono Nalendra.
Rombongan tamu dipimpin oleh Dr. Hetiyasari, SH., M.Kn, seorang dosen muda Program Studi Ilmu Hukum Unwahas. Pertemuan bersejarah ini diterima secara langsung oleh Sinuwun PB XIV, yang didampingi oleh putri tercinta, GKR Devi, serta Juru Bicara Keraton, KPA. Singonagoro.
Digitalisasi Naskah Kuno untuk Pendidikan Karakter Generasi Masa Kini
Pertemuan yang berlangsung penuh keakraban itu membahas topik-topik mendalam, mulai dari pelestarian manuskrip leluhur, adat istiadat Jawa, hingga tantangan hukum adat di era modern. Melalui juru bicaranya, KPA. Singonagoro, Sinuwun PB XIV menyoroti pentingnya transformasi digital dalam melestarikan warisan budaya.
“Sinuwun menyampaikan bahwa ada banyak sumber pengetahuan dalam manuskrip peninggalan leluhur. Beliau berharap digitalisasi manuskrip ini dapat menjadi sarana pendidikan karakter bagi generasi sekarang,” ujar KPA. Singonagoro, mengutip pesan Sang Raja.
Inisiatif digitalisasi ini dinilai sebagai langkah strategis untuk membuat khazanah pengetahuan tradisional dapat diakses secara lebih luas, khususnya oleh kalangan muda, sehingga nilai-nilai luhur tidak tergerus zaman.
Kolaborasi Lintas Generasi dan Pendekatan Tanpa Paksaan
Salah satu poin kunci yang ditekankan PB XIV adalah pentingnya masukan dari berbagai generasi, baik tua maupun muda, untuk kemajuan keraton. KPA. Singonagoro menegaskan, “Sinuwun berharap terus mendapat masukan dari generasi yang lebih tua maupun lebih muda. Ini diperlukan agar keraton dapat bergerak maju dan relevan di era masa kini.”
Lebih lanjut, Raja Gen Z ini menyampaikan filosofi pelestarian budaya yang inklusif dan persuasif. “Budaya itu tidak bisa memaksa orang untuk menyukai, tetapi bagaimana kita bisa membuat orang mencintai budaya tersebut,” terang KPA. Singonagoro menyampaikan pesan mendalam Sinuwun.
Sebagai wujud nyata dari keterbukaan terhadap generasi muda, PB XIV mengungkapkan rencananya untuk merekrut lebih banyak anak muda dari generasi Milenial dan Gen Z untuk bergabung sebagai Abdi Dalem. Langkah ini diharapkan dapat menciptakan regenerasi budaya yang lebih segar, inklusif, dan berkelanjutan di Keraton Surakarta.
Apresiasi dari Dunia Akademik dan Diplomasi Budaya dengan Korea Selatan
Dr. Hetiyasari, SH., M.Kn, yang memimpin kunjungan, menyampaikan kekagumannya pasca-berdiskusi langsung dengan Sinuwun PB XIV. Ia menggambarkan Sang Raja sebagai sosok pemimpin muda yang cerdas, visioner, dan berwawasan akademik bagus.
“Ini kebanggaan bagi Surakarta dan Indonesia punya Raja Gen Z yang smart dan kemampuan akademiknya bagus,” puji Dr. Hetiyasari.
Ia menambahkan, meski singkat, diskusi tersebut sangat berbobot. “Sebuah diskusi singkat dengan Sinuhun XIV mengenai budaya, tradisi, adat istiadat, hukum, dan kemasyarakatan. Beliau sangat bijaksana, memiliki wawasan yang mendalam, dan terbuka terhadap masukan,” tuturnya.
Kehadiran tamu dari Korea Selatan dalam kunjungan ini juga menjadi penanda menguatnya hubungan diplomasi budaya yang dijalin Keraton Surakarta di kancah internasional. Pertemuan ini membuka peluang kolaborasi yang lebih luas, tidak hanya antara keraton dengan akademisi, tetapi juga dengan jaringan internasional untuk riset budaya dan pembelajaran tradisi Jawa.
Komitmen Menuju Keraton yang Modern dan Relevan
Kunjungan ini disambut positif sebagai bentuk keterbukaan Keraton Surakarta di bawah kepemimpinan PB XIV. Melalui pemikiran-pemikiran progresif yang disampaikan, terlihat jelas komitmen Raja untuk memodernisasi institusi keraton tanpa harus meninggalkan akar tradisi dan nilai-nilai luhur yang dipegang teguh.
Dengan semangat baru ini, Keraton Surakarta tidak lagi sekadar menjadi museum hidup atau simbol masa lalu, melainkan sebuah pusat budaya dinamis yang aktif menjembatani kolaborasi antar-generasi dan antar-bangsa, menuju masa depan yang lebih terbuka dan berkelanjutan. (MCB)
KALI DIBACA

