
Foto : Ketua DPW PWDPI Provinsi Bali, Maichel Benedictus (Romo Benny), (bawah) antrian SPBU yang mengular dan menyebabkan kemacetan lalulintas
BADUNG, WartaGloBali.Id – Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax di sejumlah wilayah Bali Selatan dalam beberapa hari terakhir memicu gelombang keluhan dari masyarakat lokal dan wisatawan. Kondisi ini dinilai serius karena turut menurunkan kualitas layanan di destinasi wisata dunia tersebut, menyusul tidak lancarnya distribusi BBM.
Investigasi di lapangan pada Senin, 17 November 2025, memperlihatkan sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di kawasan strategis Denpasar dan Badung memasang papan pengumuman "BBM Kosong" untuk jenis Pertamax. Titik-titik yang terdampak antara lain Jalan By Pass Ngurah Rai Jimbaran, Nusa Dua, By Pass Tuban, Sunset Road Kuta, Jalan Dewi Sri, kawasan Seminyak, serta di sepanjang Jalan Gatot Subroto dan Buluh Indah Denpasar.
Situasi ini memaksa pengendara, termasuk wisatawan, untuk berkeliling mencari stok Pertamax. Banyak yang akhirnya menyerah dan beralih ke Pertalite demi bisa melanjutkan perjalanan, meski berpotensi tidak sesuai dengan rekomendasi mesin kendaraan mereka.
Suara Lantang dari PWDPI Bali
Menanggapi hal ini, Ketua DPW Persatuan Wartawan Duta Pena Indonesia (PWDPI) Provinsi Bali, Maichel Benedictus atau yang akrab disapa Romo Benny, menegaskan bahwa Pertamina harus bertanggung jawab penuh atas stabilitas suplai BBM untuk Bali.
“Pertamina jangan mainkan suplai BBM di Bali. Ini akan menjadi preseden buruk bagi Pariwisata Bali,” tegas Romo Benny dengan nada prihatin.
Ia menilai, kelangkaan yang terjadi sama sekali tidak semestinya menimpa Bali yang berstatus sebagai destinasi wisata internasional, yang sangat bergantung pada kelancaran sektor transportasi. “Sungguh sangat disayangkan kondisi ini terjadi. Pertamina sebagai pemegang kendali BBM seharusnya memastikan Bali tidak mengalami gangguan distribusi sekecil apapun,” ujarnya.
Dampak Langsung pada Sektor Pariwisata
Keluhan juga datang secara langsung dari pelaku industri pariwisata, khususnya para operator tour dan travel. Mereka melaporkan bahwa armada kendaraan mereka yang menggunakan Pertamax mengalami kendala operasional.
“Terkait kelangkaan Pertamax bagi wisatawan mancanegara (wisman), tentu membuat durasi waktu perjalanan mereka terhambat. Karena kendaraan tours & travel harus keliling mencari Pertamax,” jelas Romo Benny yang menyampaikan hasil temuan lapangannya.
Ia memperingatkan bahwa insiden ini berpotensi mencoreng citra Bali di mata dunia. “Hal ini menimbulkan potensi bahwa Pertamina turut menambah wajah buruk destinasi kita dalam beberapa hari terakhir. Dalam kondisi seperti ini, harusnya Pertamina bertanggung jawab untuk turut menjaga citra Bali For Tourism,” katanya.
Kritik terhadap Sistem Barcode
Di luar masalah kelangkaan, Romo Benny juga menyoroti kebijakan penggunaan barcode untuk pembelian BBM bersubsidi seperti Solar dan Pertalite. Menurutnya, aturan ini dalam praktiknya justru semakin menyulitkan masyarakat di lapangan.
“Warga dan pelaku usaha sejatinya sekarang sudah sreg (nyaman) tanpa penggunaan barcode pada solar & Pertalite. Sebaiknya penggunaan barcode dihapuskan saja,” terangnya.
Penjelasan Resmi Pertamina: Disrupsi Cuaca Buruk
Sebagai tanggapan atas situasi ini, pihak Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara telah memberikan penjelasan resmi. Manager Komunikasi, Relasi dan TJSL Pertamina Patra Niaga Jatim-Bali-Nusra, Ahad Rahedi, menyebutkan bahwa gangguan suplai dipicu oleh faktor cuaca buruk.
Dijelaskannya, setidaknya terdapat enam hambatan distribusi yang dialami akibat kondisi laut yang tidak bersahabat. “Cuaca buruk menjadi faktor utama yang menghambat distribusi,” jelas Ahad.
Untuk mengatasi kelangkaan sementara, distribusi BBM ke wilayah Badung dialihkan melalui Terminal BBM Manggis di Karangasem. Langkah ini dilakukan sambil menunggu kapal pengangkut BBM bersandar di Terminal BBM Sanggaran.
Disebutkan, ada dua kapal yang dijadwalkan mengisi stok. Kapal pertama direncanakan membawa 2.000 kiloliter Pertamax pada 13 November 2025, disusul kapal kedua dengan muatan lebih besar, yaitu 9.000 kiloliter, pada 14 November 2025.
“Secara paralel menunggu stok dari kapal, akan disalurkan 200 kiloliter Pertamax, yaitu 100 kiloliter dari Terminal BBM Sanggaran dan 100 kiloliter alih suplai dari Terminal BBM Manggis,” tambah Ahad.
Pertamina memastikan bahwa seluruh fasilitas penyimpanan dan distribusi BBM di Bali beroperasi selama 24 jam untuk mempercepat penormalan stok.
Peringatan untuk Ke Depan
Meski gangguan cuaca menjadi alasan, Ketua PWDPI, mengingatkan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan. Ia menekankan bahwa faktor cuaca seharusnya dapat diprediksi dan diantisipasi dengan lebih baik.
“Bali harusnya memiliki Cadangan Buffer stok BBM yang cukup dari berbagai varian BBM untuk antisipasi faktor cuaca dan kondisi force majeure lainnya,” tegasnya.
Hingga berita ini diturunkan, antrean kendaraan di beberapa SPBU yang masih memiliki stok Pertamax terpantau masih terjadi. Masyarakat dan pelaku usaha berharap normalisasi distribusi dapat segera terwujud agar tidak further mengganggu aktivitas ekonomi dan pariwisata Pulau Dewata. (MBM)
KALI DIBACA

